Caleyverse


“Alora lo kenal bang matt?” tanya ziel sambil mengintip apa yang sedang gadis itu coret dibukunya.

“No, jangan ngintip hus” usir Alora sambil menutupi bukunya.

Ziel berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk memberitahukan isi kepalanya pada teman sebangkunya.

“Besok gue ga masuk” ucap Ziel yang hanya diangguki oleh Alora.

“Artis beda” balas Alora sambil memandang ke arah papan tulis di depannya atau lebih tepatnya jantungnya akan berdetak lebih kencang apabila ia melakukan kontak mata dengan idolanya.

“gue ada konser” cicit Ziel yang tidak lepas dari pendengaran Alora.

'Buset gue tau jalur orang dalam dong?' batin Alora

Alora berdehem sejenak sebelum menarik ujung lengan seragam milik Ziel, berusaha keras agar tangannya tidak tremor.

'duh jantung jangan murahan dong'

Ziel mendekatkan telinganya ke arah Alora tanpa mengalihkan pandangannya berusaha untuk fokus pada pelajaran di depannya.

“Emang lo sekolah gini langsung konser sempet latihan?” tanya Alora pelan, Ziel sedikit terkejut karena ternyata gadis disampingnya mendengar perkataan sebelumnya membuat senyumnya perlahan mengembang.

“Gue latihannya mulai besok” jawab Ziel

“War ticketnya kapan?” tanya Alora berusaha memberanikan diri.

“Lo tau war ticket?” kini Ziel menaruh atensinya penuh pada pertanyaan Alora barusan.

“Anne nge fans sama si justin bieber itu gue cuma mau membantu” ucap Alora acuh sambil mengedikkan bahunya membuat Ziel sedikit kecewa.

“Tonight”

“HAH?” pekik Alora pelan

“War ticketnya, malam ini” ucap Ziel kemudian berjalan pergi bersamaan dengan bel pulang yang berbunyi meninggalkan Alora yang masih mencerna perkataan terakhir Ziel.


“Once again we're truly sorry ya ziel” ucap Yonathan sambil mendorong kepala Alora untuk ikut membungkuk pada Ziel.

'duh bego banget sih gue' batin Alora

“Cabut dulu ao” ucap Yonathan singkat.

Begitu bel berbunyi Yonathan segera melangkahkan kakinya keluar dari kelas Alora, atau lebih tepatnya kabur meninggalkan temannya. Cukup sampai disitu bantuan yang diberikan olehnya.

Alora yang ditinggalkan mengumpat dalam hatinya kemudian menarik kursinya pelan kemudian terduduk dengan canggung.

“What's ur name?” tanya Ziel sambil menaikkan alisnya.

'shit' umpat Alora dalam hati

“Alora Harper” panggil Ziel membuat Alora panik seketika membuat Ziel mengulum senyumnya, ini waktunya untuk mode serius Ziel.

“Gue cuma liat nametag lo”

Alora hanya mengangguk pasrah.

“Gue mau tanya deh sama lo”

Alora kembali merutuki dirinya ketika pria disebelahnya terus berbicara padanya yang membuat teman perempuan dikelasnya melayangkan tatapan tajam padanya.

“Lo tau Dreamers? i mean band gue” tanya Ziel yang diangguki Alora.

“Cuma pernah dengar” jawab Alora singkat.

'first lie, alora'

“Okay second question, Ao-”

“Alora kita ga deket gausah ao ao” balas Alora jutek, Ziel sedikit tersentak.

“Lo beneran bukan fans gue?” tanya Ziel sekali lagi.

“GAK NGAPAIN?” teriak Alora sebelum menutupi mukanya ketika mendengar bisikan-bisikan disekelilingnya.

'second lie duh gue bego banget'

Pagi itu baik Alora dan Ziel keduanya benar-benar diam hanyut dalam pemikiran mereka masing-masing.


“Matt bangun woi” teriak Hilde

“Matt?”

“Gue suruh bang jonath dobrak nih?” ancam Hilde

“Wait” jawab gue sebelum si bocah bikin keributan pagi pagi

Here am i checking the clock, the fuck baru jam 5 pagi udah mau dobrak pintu, is he crazy? Mending buka pintu dulu deh.

“Gila? It's 5 a.m hilde” protes gue dan dia malah nyengir tanpa dosa

Hilde duduk di sofa kamar gue sambil buka hp nya sambil nguap. See? dia sendiri masih ngantuk udah rusuh, God i'm still jetlag.

“Matt ada upcara hari ini” he said

Then i raise my elbow, jalan ke kasur gue terus duduk di sisi samping kasur gue

“How about me?” i asked

Hilde mikir bentar sambil buka game di hp nya, gue natap dia dengan muka datar. Man we still should stay annoyed.

“Baris di kelas gue” jawab Hilde setelah beberapa abad mikir

Gue tambah ragu sama ini anak jadi ketua kelas, i think he's going to ruin the entire class.

“R u serious?” gue harus memastikan sebelum benar benar ngikutin Hilde, kalau ngga biasanya ini anak sesat.

“Dua rius, udah jam 6 gue mandi lo siap siap juga deh”

Let's skip that, now i'm on my new school setelah disuruh balik sama dad. New school, sepi jangan ditanya Hilde kelewat rajin katanya sih mau tour lingkungan sekolah

Weird guy.

“Lo gatau apa gue banyak diliatin beda uniform?” protes gue

“Ternyata lo bisa bahasa indo? Keren juga nih bule” balas Hilde, and i choose to roll my eyes

“Gue tinggal bareng jonath ga kaya lo enak dari kecil ikut our parents”

“Udah bel mending ke lapangan” ajak Hilde masuk ke barisan paling belakang

“I thought lo tipe baris di depan?” Hilde cuma nunjuk seragam gue dengan muka kesal

Gue lagi mengobservasi sebelum lihat Hilde ngomong sama cewe disebelah gue

“Zeno sialan gue mau ngabur ke uks malah dikasih dasi” that girl was grumbling beside me

Beberapa menit upcara dimulai tiba tiba dia jongkok, gue liat Hilde fokus sama amanat pembina upacara. Well people like me can't relate.

“Are you okay?” Gue jongkok buat nyamain tinggi sama dia, she seemed confused

“Um i'm fine can you just stand?” ucapnya hati hati, gue ngangguk

Kayanya dia kepanasan so i decide to block the sun for her, she just looked so small.

Another weird feelings.


Nama : Zenovia Avery Umur : 17 terus apalagi ya? Ga perlu gue diktein satu satu ntar lo pada juga tau, okay balik ke permasalahan gue DASI GUE HILANGG

“AVE, ZENO UDAH DIBAWAH” itu mommy yang teriak

“BENTAR MOM” gue beresin barang gue dulu ngobrol nya nanti lagi ya

Pas gue lari nyamperin Zeno eh anaknya malah enak enakan sarapan di meja makan

“Gimana dasi nya?” Zeno nanya gue jadi mikir lagi

“Apa mending gausah bawa topi sekalian ya Zen?” Zeno yang gue tanyain mikir bentar sebelum ngangguk

“Ntar kalau dihukum gue temenin” mommy malah melotot pas denger jawaban Zeno

“Hus jangan ditemenin, biarin aja anaknya dihukum” kata mommy sambil nepuk pundak Zeno

Sebenarnya anak mommy siapa? Tapi gapapa ntar bisa diseret

“Sarapan ngga ave?” tanya mommy setelah sekian lama gue duduk di meja

“Males mom, nunggu Zeno aja”

Zeno yang akhirnya sadar diri ngelirik ke arah jam tangannya

“Lo kok ga bilang?” Protes Zeno

“Lo yang asik makan kok gue yang salah?” Gue nyolot lah masa diem diem doang mana yang salah dia

Rumah gue ngga jauh dari sekolah terus searah juga makanya bareng Zeno terus, kalau ngga ya mana mau dia jemput gue

“Temen gue ada yang minta nomor lo” kata Zeno di atas motor yang lagi jalan

“HAH APASIH NTAR AJA BEGO GA KEDENGARAN” demi kebaikan bersama gue teriakin gitu aja biar dia ngga ngomong lagi

Begitu sampai di sekolah gue nunggu Zeno yang lagi parkirin motornya di gerbang sekolah

“Hai avery gue chat Zeno gak dibales, jadi gue mau minta imess lo langsung”

Oke ceritanya mulai darisini (lebih tepatnya gara gara orang ini).

Weird


Valerie sibuk berpose foto di ruang tengah memilih mengabaikan chat dari rendra

“Hi?” Sapa jevano bingung ketika melihat valerie yang terdiam

“May i borrow your phone? Need to call mine” tanya jevano yang diberikan oleh valerie

“Um jevan...” ucap valerie ragu

“I know I'll keep it secret” balas jevano sambil mengambil handphone miliknya

“I'm not trading your signed ball” ucap valerie tiba tiba membuat jevano berhenti tiba tiba

“Well okay, your phone thank you” ucap jevano menyodorkan handphone milik valerie

“Gue pergi dulu” pamit jevano menepuk kepala valerie sebentar

Valerie hanya terdiam mematung sembari menatapi jevano yang berjalan menjauh

“Weird I'm a weirdo”

“MY LIFE'S RUINED” teriak valerie dari dalam rumah

Jevano hanya terkekeh sebelum memanggil taxi juga mengecek foto yang ia diam diam kirim melalui handphone valerie tadi

Don't trade


“Kamarnya udah gue bagi, now sleep we have schedule tomorrow” ucap rendra sebelum beranjak dari sofa yang disusul oleh marvel

“Jangan ke kamar ujung, kotor” ucap rendra sebelum mereka memasuki kamar masing masing

Jam sudah menunjukkan angka dua belas tepat pertanda tengah malam, jevano yang masih terjaga memutuskan untuk berjalan jalan sejenak

Pilihan terakhir jevano jatuh pada kamar ujung yang dilarang oleh rendra sudah terlanjur memutar gagang pintu lebih baik sedikit memgintip

Niat awal hanya mengintip berujung melangkah masuk dengan kedua alis tertaut

“Hm?” gumam jevano bingung melihat orang di depannya yang tertidur dengan pulas

“Jelek” ucap jevano pada perempuan di depannya membuatnya mendumel kecil

“Pretty” ucap jevano sebelum menepuk kepala valerie pelan dengan senyuman khas nya

Mengambil notes sebelum menuliskannya kemudian ditempelkan pada bola yang ia tanda tangani

'Jevano's don't trade(.◜◡ ◝)'

The beginning


“Vien watch out” tegur valerie pelan ketika anaknya menuruni tangga dengan tergesa gesa

Vienna menyeret selimutnya dengan cengiran khasnya menghampiri valerie yang menggelengkan kepalanya melihat tingah putrinya

“Let's go disney” teriak vienna sambil menyelimuti mereka

“Well that's not disney honey” balas valerie sambil mengusap rambut anaknya

“Mommy once upon a time” ucap vienna yang sudah tidak sabar

“Don't forget to sing” sambung vienna cepat

Valerie terkekeh sebentar sebelum menarik nafasnya

“He was so cool and cruel at the same time, he could do no wrong in my eye”

***

“Cause i was the groupie and he was the sta-”

“Diem dulu coba udah 2 jam lo cuma nyanyi lagi itu” ucap rendra jengah melihat tingkah adiknya

“Suka suka gue suara gue” balas valerie tidak mau kalah

Rendra memijit pelipisnya sambil menghela nafas kesal sebelum mendapat ide di kepalanya

“Foto marvel tapi lo diem gue mau istirahat” ucap rendra cepat sebelum valerie sudah siap untuk berteriak

“Maunya kartu backstage konser besok”

“The stalker will come after you if they know” ucap rendra serius

“I can do anything for you but not about that we already had the deal” ucap rendra sebelum meninggalkan valerie masuk ke dalam kamarnya

Thank you


Aiden sedari tadi tak henti hentinya bermondar mandir di depan ruangan tentu saja sang calon kakek Edward segera berlari begitu mendapat kabar menantunya akan melahirkan

“Aiden diam kamu bikin papi panik juga” tegur Edward sambil memijit pelipisnya

“Untung ada giselle, lo gimana sih masih ngantor?” omel marvel yang baru saja sampai di rumah sakit

“Gue bisa jadi papa yang baik kan?” tanya aiden pada nathan

“Bisalah anak gue gitu” ucap nathan bangga membuat mereka semua menggelengkan kepalanya

“Bibit om ini enak aja jadi anak kamu” balas edward yang hanya mendapat cengiran dari nathan

Beberapa saat kemudian seorang suster keluar menghampiri mereka

“Suaminya yang mana ya? Tolong masuk ke dalam ruangan” ucap sang suster membuat aiden bergegas mengikutinya

Terlihat rhea dibanjiri keringat, terbaring lemas menatap aiden dengan senyum

“It's a girl” bisik rhea lemah membuat aiden segera menggenggam tangan rhea erat

“Thank you” bisik aiden tanpa henti

Now and forever


“Aiden I'm scared” ucap rhea ditengah perjalan pulang mereka setelah melalui hari yang panjang

“What's wrong hm?” tanya aiden sambil mengelus tangan rhea

Rhea menghela nafasnya pelan menyingkirkan pikiran buruk dalam benaknya

“I'm not good enough for you” bisik rhea membuat aiden menepikan mobilnya sebentar

“Kenapa kamu kepikiran gitu? Ada yang ganggu kamu?” tanya aiden sambil menghadap ke arah rhea

“Just...”

“Rhea, kita udah hadapin banyak hal bareng bareng you know me well so do i know you that well” ucap aiden halus

“You're the one I've been looking for” sambungnya membuat rhea berkaca kaca

“Thank you for loving my past” cicit rhea sambil mengipasi matanya

Aiden hanya terkekeh sambil meniupi mata rhea

“Not only your past rhea, i love you back then now and forever” ucap aiden membuat rhea

“Thank you for filling my youth” balas rhea sebelum menghambur ke dalam pelukan aiden

Last Revenge


Aiden menggenggam tangan rhea yang nampak gugup sebelum masuk ke dalam ruangannya

“Kamu yakin mau ketemu papa kamu?” tanya aiden khawatir yang diangguki oleh rhea

“Habis ini papa bakal di pidana pasti” ucap rhea yakin sebelum masuk ke ruang interogasi

Rhea sedikit kaget ketika orang orang di dalam meninggalkannya sendirian dengan sang ayah

“Viona lumpuh” ucap rhea sebagai kata pembuka di antara mereka membuat ayahnya mencengkeram bajunya

“Kamu apain anak saya?” tanya anderson tajam

“Saya anda anggap apa?” balas rhea tak kalah tajam membuat anderson melepaskan cengkeramannya

“Kamu sama mama kamu dari awal cuma ast saya” ucap anderson membuat rhea tertawa hambar

“Mulai hari ini papa kehilangan semua aset papa, rhea pisah kk” jelas rhea sambil melirik berkas di atas meja di ruangan tersebut

Anderson sontak memukul kepala rhea, tersenyum sinis rhea segera mengangkat kepalanya

“Lagi” ucap rhea dingin

Anderson yang tersulut emosi kembali melakukan hal yang biasa ia lakukan pada putrinya

“Rere belajar satu hal dari kalian, mau liat?” tanya rhea tersenyum licik

Anderson hanya diam memperhatikan gerak gerik anaknya di depan sana

“A-aiden” ucap rhea bergetar sambil menggedor pintu dari dalam membuat para petugas serta aiden masuk dengan panik

“Rere kamu- om gila? Sekarang om menganiaya anak om di tempat umum?” sinis aiden penuh kebencian pada pria yang mematung di sebelah sana

Rhea maju beberapa langkah memeluk sang ayahnya sambil membisikkan beberapa kata

“Pah rhea cocok kan debut jadi aktris?” bisik rhea pelan membuat anderson mengangkat tangannya hendak memukul rhea yang ditahan oleh aiden

“Kita pulang sekarang” titah aiden merangkul rhea yang gemetaran lebih tepatnya berpura pura lemah

Sesampainya di mobil aiden memasangkan sabuk pengaman rhea sambil menatap rhea sendu

Cup

“Love you” ucap rhea sebelum mengikatkan kembali dasi aiden yang ia tarik barusan

Aiden tersenyum sebelum mematikan mesin mobil yang baru ia nyalakan